Gambar : Ilustrasi Obesitas Pada Anak
Anak yang mengalami kegemukan atau obesitas kadang sering dianggap lucu, chubbi atau menggemaskan. Padahal kondisi demikian bisa membahayakan masa depan anak. Dibalik kesan lucu dan menggemaskan pada anak yang mengalami obesitas, tersimpan risiko sindrom metabolik yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, stroke, dan pembuluh darah.
Kementerian Kesehatan telah memiliki pedoman gizi seimbang Isi Piringku, yang menyarankan konsumsi lebih banyak makanan berkandungan protein dibandingkan karbohidrat dalam satu piring sekali makan. Anak-anak memerlukan banyak protein untuk tumbuh kembangnya dan bukan dengan memperbanyak karbohidrat.
Pada anak obesitas sering dijumpai dengan gejala mengorok. Penyebab tersebut yakni terjadinya penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada perut sehingga menganggu proses pergerakan dinding dada dan diafrgama, sehingga terjadi penurunan volume torakal adomen dan menyebabkan beban kerja otot pernapasan meningkat. Berbagai dampak di atas memiliki efek yang sangat besar pada kualitas hidup dan pengalaman sosial penderita obesitas, dan dapat berimplikasi serius terhadap tingkat morbiditas.
Dampak kesehatan yang berkaitan dengan obesitas pada masa kanak-kanak adalah naiknya tingkat keparahan asma dan penyakit pernapasan lain, tingkat kebugaran yang lebih rendah, diskriminasi sosial seperti bullying, viktimisasi, dan pengucilan yang bisa mengakibatkan harga diri yang rendah, kualitas hidup yang lebih rendah, dan prestasi akademik yang lebih rendah, meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. penyakit lain yang dijumpai pada anak-anak adalah hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2, yang dulunya juga didominasi oleh orang dewasa dan tua.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Dr. Eva mengatakan, tantangan dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian obesitas, di antaranya kesadaran masyarakat bahwa obesitas merupakan penyakit.
“Teknologi yang tidak mendukung aktivitas fisik dimana mudahnya transportasi dan gawai sehingga membuat masyarakat Indonesia malas bergerak kemudian peran pemerintah daerah yang masih perlu kita dorong untuk menciptakan lingkungan yang kondusif melalui aturan dan ruang-ruang, menyiapkan ruang-ruang olahraga untuk masyarakat,” kata Direktur P2P Dr. Eva.
Dr. Eva melanjutkan, meningkatnya pengetahuan, kesadaran serta kepedulian masyarakat terhadap obesitas dengan melakukan deteksi sedini mungkin merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan dan kebugaran serta menghindari penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan lain-lain.
Dr. Eva juga mengungkapkan, obesitas sangat mungkin dicegah dengan menerapkan perilaku hidup sehat. Penerapan perilaku hidup sehat ini memerlukan komitmen setiap individu untuk ikut bertanggung jawab atas kesehatan dirinya.
“Untuk itu, saya mengajak segenap hadirin untuk segera merubah gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah obesitas, di mulai dari diri sendiri dan ikut serta menjadi agen perubahan bagi keluarga dan orang-orang terdekat serta masyarakat pada umumnya,” ungkap Direktur P2PTM.