Cegah Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Kelompok Resiko Tinggi Diimbau Waspada
Cegah Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Kelompok Resiko Tinggi Diimbau Waspada
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah suatu subtipe baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus yang dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus corona dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti selesma (common cold), Sindroma Saluran Pernafasan Akut yang berat.
Beberapa Negara di Timur Tengah telah melaporkan kasus infeksi MERS pada manusia antara lain Oman, Qatar, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab. Seperti informasi kasus terbaru yang dilaporkan oleh focal point International Health Regulation (IHR) dari Negara Oman kepada World Health Organization (WHO) pada tanggal 04 Maret 2018 bahwa ada satu kasus tambahan MERS dari negaranya (informasi dari situs www.who.int).
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 74 tahun yang mengalami gejala MERS pada 23 Februari 2018 dan tinggal di Batinah. Pasien baru saja melakukan perjalanan dan tidak ada kontak dengan siapa pun yang mengalami gejala pernapasan atau dengan kasus MERS, tetapi pasien merawat unta yang dilaporkan sakit. Investigasi paparan pasien dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala masih berlangsung. Sebelum pasien ini, kasus MERS terakhir yang dikonfirmasi laboratorium dari Oman dilaporkan pada bulan November 2017. Secara global terdapat 2144 kasus MERS yang dikonfirmasi laboratorium dengan setidaknya 750 kematian telah dilaporkan kepada WHO.
Walaupun sampai saat ini belum ada kasus Suspek MERS di Indonesia yang terkonfirmasi sebagai penderita MERS, namun masih ada kemungkinan terjadinya penularan pada warga negara Indonesia saat berada di negara terjangkit. Kelompok warga negara Indonesia yang beresiko tinggi ini adalah jemaah haji (pada musim haji), jemaah umroh dan tenaga kerja Indonesia (yang biasa masuk ke negara terjangkit sepanjang tahun).
Untuk pencegahan kepada kelompok yang beresiko tinggi tersebut, maka ditekankan untuk menghindari kontak langsung dengan unta seperti berfoto dan minum susu unta di peternakan. Selain itu juga dianjurkan untuk selalu memakai masker terutama ditempat keramaian, lakukan pola hidup bersih dan sehat, pelihara kebersihan tangan dengan selalu cuci tangan pakai sabun setelah melakukan aktifitas. Jemaah juga digalakkan untuk mengkonsumsi makanan sayuran dan buah yang bersih dan bergizi, cukup istirahat, minum minimal 8 gelas sehari dan jika mengalami demam dan gangguan pernafasan segera berobat.
Dikarenakan kasus MERS berasal dari Negara Luar maka kewaspadaan dilakukan dengan pemutakhiran informasi melalui : website WHO, laporan notofikasi dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), sumber lain yang terpercaya serta sumber media cetak/elektronik Jika mendapat notifikasi dari KKP ataupun dari puskesmas mengenai adanya Suspek MERS maka respon yang dilakukan adalah melakukan tatalaksana kasus sesuai SOP, melaporkan dalam waktu 24 jam secara berjenjang sampai ke pusat, melakukan penyelidikan epidemiologi, melakukan penanggulangan awal sesuai hasil penyelidikan, melakukan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan bila perlu, melakukan komunikasi resiko terhadap masyarakat, melakukan umpan balik dan pembinaan teknis di lapangan serta meningkatkan jejaring kerja dengan pemangku kewenangan, lintas sektor dan tokoh masyarakat setempat. (RN)