- Admin Dinkes
- Senin, 14 Januari 2019
- 17188
Prevalensi Balita Gizi Kurang Di Kepri Turun Selama 3 (Tiga) Tahun Berturut-Turut.
Pemberian MP-ASI Pada Balita
Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Gizi buruk dapat diartikan sebagai asupan gizi yang tidak seimbang diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dan makanan. Selain faktor kesehatan, banyak faktor yang berkontribusi terhadap kejadian gizi buruk ini antara lain : faktor ekonomi (daya beli masyarakat), faktor pendidikan (pola asuh), faktor dari ketersediaan sumber daya makanan (ketahanan pangan), pemberdayaan masyarakat, dll.
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk di Provinsi Kepulauan Riau ini. Permasalahan gizi yang dimaksud antara lain kegagalan pertumbuhan pada awal kehidupan seperti : Berat Badan Lahir Rendah, Stunting, Wasting (Gizi Buruk) yang akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Anak yang kekurangan gizi nantinya akan mengalami hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan sehingga berdampak pada rendahnya produktifitas di masa dewasa. Kurang gizi yang dialami pada awal kehidupan juga berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular pada usia dewasa.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi balita gizi kurang di Provinsi Kepulauan Riau terbaik se-Indonesia (13%). Apabila di lihat dari grafik di bawah prevalensi balita gizi kurang di Provinsi Kepulauan Riau turun selama 3 tahun berturut-turut
Hasil Riskesdas 2018 Prevalensi Balita Gizi Kurang di Provinsi Kepri Dalam Tiga Tahun Terakhir
Kendala yang dihadapi dalam rangka penurunan prevalensi gizi kurang adalah masih adalah Pola Asuh yang salah dan status ekonomi. Pola Asuh dalam hal ini adalah perlakuan atau cara pemberian asupan makanan yang salah yang terus menerus dilakukan oleh keluarganya. Kegagalan keluarga dalam memberikan nutrisi yang baik bagi si anak seperti : tidak memberikan ASI Ekslusif, pemberian makanan (MP ASI) terlalu dini, kebiasaan memberikan jajanan yang tidak sehat kepada anaknya, tidak ber-PHBS, sanitasi yang jelek, dsb.
Solusi masalah untuk menangani kendala di atas adalah dengan melakukakan berbagai upaya di bawah ini :
- Pelacakan kasus gizi buruk dan gizi kurang bagi balita yang tidak datang ke Posyandu melalui sweeping
- Perawatan kasus gizi buruk di Puskesmas dan Rujukan ke Rumah Sakit
- Distribusi dan Pemberian PMT bagi Ibu Hamil dan Balita gizi kurang
- Pemantauan kasus gizi buruk pasca perawatan (Follow up)
- Konseling pada keluarga melalui kunjungan rumah
- Pemantauan status gizi rutin diadakan setiap tahun untuk menjaring balita gizi buruk yang tidak datang ke Posyandu atau Puskesmas
- Integrasi program KIA – Gizi melalui Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita
- Program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) berupa pemberian tablet Fe (zat besi) pada Ibu Hamil, IMD, ASI Ekslusif, MP-ASI.
- Sosialilasi gerakan KADARZI, Gizi Seimbang melalui media massa dan elektronik
- Koordinasi dengan lintas sektor (Badan Ketahanan Pangan) , Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas sosial, Dinas UKM dan Koperasi terkait bantuan untuk keluarga Balita gizi buruk
Faktor pendukung upaya-upaya diatas adalah :
- Dalam rangka percepatan perbaikan gizi, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
- Distribusi PMT Balita Gizi Kurang untuk Puskesmas se-Provinsi Kepulauan Riau, Kemenkes tahun 2018 telah mendistribusikan sebanyak 27.000 Kg PMT Ibu Hamil dan 64.800 Kg PMT Balita.
- Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 52 Tahun 2015 bertujuan untuk tercapainya program kesehatan termasuk gizi masyarakat. Program gizi ini dapat tercapai jika program gizi yang diselenggarakan di Puskesmas menerapkan konsep paradigma sehat dan penguatan pelayanan gizi, terintegrasi dengan upaya kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas, baik melalui UKP maupun UKM.
- Tejalinnya kerjasama lintas sektor terkait bantuan untuk balita gizi kurang seperti bantuan CPP (Cadangan Pangan Provinsi) yang terdapat di Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, Kehutanan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau yang dapat di distribusikan kepada keluarga Balita Gizi Kurang yang tidak mampu.
SR/Kesga Gizi