- Admin Dinkes
- Senin, 23 September 2019
- 5361
Kondisi Fisik Rumah dan Perilaku Penyebab Risiko Pneumonia
Ilustrasi - pixabay
Penyakit Pneumonia merupakan penyebab kedua kematian balita setelah diare. Pneumonia merupakan proses inflamasi yang terjadi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, aspirasi dari cairan lambung, benda asing, hidrokarbon, bahan-bahan lipoid, dan reaksi hipersensitivitas. Gambaran klinis pneumonia ditandai dengan demam, takipnu, usaha napas meningkat, disertai tarikan otot-otot dinding dada, disertai napas cuping hidung. Pada infeksi yang berat dapat dijumpai sianosis dan gagal napas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki dan mengi.
Kondisi lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku penggunaan bahan bakar dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit seperti TB, katarak, dan pneumonia. Rumah yang padat penghuni, pencemaran udara dalam ruang akibat penggunaan bahan bakar padat (kayu bakar/ arang), dan perilaku merokok dari orangtua merupakan faktor lingkungan yang dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia. Kebanyakan anak-anak yang menderita pneumonia akan merasa sakit. Gejalanya bisa beragam, tergantung kondisi kesehatana secara umum si anak, dan apakah penyebab infeksinya dari virus atau bakteri.
Sedangkan infeksi oleh virus terjadi lebih pelan, dan kadang anak tidak terlihat terlalu sakit. Bahkan bisa jadi ibu tidak menyadari anaknya terkena pneumonia.Tanda-tandanya bisa seperti pilek, demam ringan, batuk kering atau kadang dengan sedikit lendir. Penumonia ringan seperti ini biasa disebut walking pneumonia. Pneumonia pada bayi mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda khas infeksi pneumonia. Selain itu, bayi juga tidak bisa diajak berkomunikasi untuk mengetahui apa yang ia rasakan. Namun, perhatikan gejala-gejala pneumonia pada bayi seperti tampak pucat, lemas dan lesu, menangis lebih sering dari biasanya, tidak mau makan, mudah marah atau gelisah, dan muntah-muntah.
Cakupan penanganan pneumonia balita tahun 2018 (11.95%) mengalami peningkatan berbanding capaian tahun 2017 (9.23%), capaian ini telah melampaui target tahun 2018 yaitu 11%. Berikut gambaran trend pneumonia di Kepulauan Riau dari tahun 2012 – 2018
Dasar penghitungan estimasi perkiraan kasus Pneumonia yang harus ditemukan di wilayah Kepulauan Riau Tahun 2018 yaitu 3,98 %. Pada tahun 2018, dari 18.571 penderita kasus Penumonia yang harus ditemukan, baru tercapai 2.219 kasus yang ditemukan dan tertangani. Rendahnya persentase penemuan pneumonia yang ditangani menunjukkan bahwa belum maksimalnya deteksi terhadap kasus pneumonia dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang tanda-tanda pneumonia pada balita serta bahayanya bila tidak segera ditangani.
Ada beberapa cara dalam mencegah pneumonia pada anak. Pertama, adalah dengan pneumococcal conjugate vaccine (PCV).PCV adalah jenis vaksin pneumokokus dan vaksin konjugasi yang digunakan untuk melindungi anak-anak dan orang dewasa dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumonia (pneumokokus). Selain itu, vaksin flu juga dapat menjaga anak dari pneumonia, khususnya pada anak-anak yang memiliki asma atau kondisi paru-paru lainnya.