- Admin Dinkes
- Rabu, 15 Agustus 2018
- 12165
Kepri Raih Peringkat Tiga Terendah Kasus Stunting se-Indonesia
Stunting (Kerdil) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak Stunting cenderung lebih Kerdil dibanding anak seusianya. Jumlah anak stunting di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Anak stunting yang terjadi di Indonesia juga dialami oleh keluarga yang tidak miskin/yang berada diatas 40% tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi, walaupun angkanya semakin memburuk pada kelompok masyarakat miskin.
Gambar : Pelacakan Balita Stunting di Desa Belakang Gunung, Bunguran Utara Kabupaten Natuna.
Stunting disebabkan oleh banyak faktor bukan hanya faktor kesehatan saja melainkan faktor multi sektor. Beberapa Penyebab stunting diantaranya adalah praktek pengasuhan yang tidak baik seperti kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, bayi 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan Balita tidak mendapatkan MP-ASI yang padat gizi. Selain itu penyebab lain stunting adalah terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (Ante Natal Care), Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas. Studi menyebutkan bahwa 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi, menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu. Kurangnya akses Ibu hamil dan Balita ke makanan bergizi seperti makanan bergizi mahal menyebabkan 1 dari 3 ibu hamil anemia. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi juga menjadi salah satu faktor penyebab stunting, data menunjukkan 1 dari 5 rumah tangga masih BAB di ruang terbuka. 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih dan cuci tangan dengan benar masih rendah.
Menurut hasil PSG tahun 2017, prevalensi balita stunting di Indonesia secara nasional mengalami kenaikan dari 27,5% ditahun 2016 naik menjadi 29,6 % tahun 2017. Pemantauan Status Gizi (PSG) merupakan kegiatan pemantauan perkembangan status gizi balita yang dilaksanakan setiap tahun secara berkesinambungan untuk memberikan gambaran tentang kondisi status gizi balita. PSG tahun 2017 telah dilaksanakan di 34 provinsi dan 514 Kab/Kota se-Indonesia.
Gambar : Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017, Angka stunting di Provinsi Kepri sebesar 20,9 %. Kepri berada di urutan ketiga terbaik dalam penurunan stunting setelah Bali dan DIY Jogyakarta. Sedangkan angka Stunting nasional adalah 29,6%.
Gambar : Prevalensi Stunting di Kepulauan Riau Tahun 2017
Berdasarkan data PSG diatas angka Stunting tertinggi di Kabupaten Lingga sebesar 33,2%. dengan dasar inilah pada tahun 2018, Pusat menetapkan lokus penanggulangan stunting di Kepri terpilih pada Kabupaten Lingga dan Natuna. Penanggulangan Stunting di Provinsi Kepulauan Riau dilakukan melalui pendekatan komprehensif dengan melibatkan lintas program dan sektor terkait. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk memutus mata rantai stunting dimulai dari usia remaja yaitu pemberian Tablet Fe pada Remaja putri. Penanggulangan Stunting pada Ibu Hamil dengan memberikan makanan tambahan pada ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis), Memberikan tablet Fe pada ibu hamil, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil, melindungi ibu hamil dari malaria, mendorong IMD dan ASI Eksklusif, mendorong pembiasaan mencuci tangan dengan benar, menyediakan obat cacing, memberikan imunisasi lengkap, dan melakukan perlindungan terhadap malaria. (SP/Kesga)