- Admin Dinkes
- Selasa, 14 Februari 2023
- 10744
Formula "A-B-C-D-E" Dalam Pencegahan Stunting
Gambar : Formula "A-B-C-D-E" Dalam Cegah Stunting
Stunting merupakan isu yang sangat penting untuk dibahas dalam rangka untuk mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas dalam rangka menghadapi puncak demografi pada tahun 2030. Kesehatan balita khususnya penurunan stunting merupakan salah satu faktor penunjang yang akan menentukan kualitas generasi yang akan datang. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Stunting dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting, kurang lebih ada 5 juta anak Indonesia mengalami stunting (berdasrkan Studi Status Gizi Indonesia, 2021).
Terdapat permasalahan stunting di Indonesia yaitu 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dan berisiko anemia, lalu 2,8 juta dari 4,9 juta Ibu hamil tidak periksa kehamilan minimal 6x, kemudian Hanya 46.000 dari 300.000 Posyandu aktif beroperasi, selanjutnya 6,5 juta dari 22 juta balita tidak dipantau pertumbuhan dan perkembangannya dan 1.5 juta relawan kader belum memiliki standardisasi kemampuan.
Prevalensi stunting di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2022 mengalami penurunan dari 17,6 tahun 2021 menjadi 15,4 pada tahun 2022. Angka mengalami penurunan sebanyak 2,2 % dan menjadikan kepri sebagai 4 provinsi terendah dalam prevalensi stunting di tingkat nasional. Walaupun mengalami penurunan, akan tetapi apabila di lihat dari kejadian stunting menurut kelompok umur di provinsi kepulauan riau terjadi peningkatan kejadian stunting sebanyak 1,3 kali pada bayi usia 0 bulan dan 3,4 kali pada bayi usia 0-6 bulan.
Perbedaan antara balita normal dan stunting terlihat dari sisi tinggi badan dimana balita stunting terlihat lebih pendek dari balita seusianya. Namun, perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah otak anak stunting tidak terbentuk dengan baik dan dapat berdampak panjang. Pemerintah telah berusaha melalui Gerakan Cegah Stunting dengan 5 kegiatan yaitu Gerakan #AksiBergizi : Membentuk kebiasan olahraga, sarapan dan konsumsi tablet tambah darah untuk menurunkan anemia pada remaja di sekolah, Gerakan #BumilSehat : Meningkatkan pemeriksaan dan pengetahuan Bumil untuk meningkatkan kesehatan bumil, Gerakan #PosyanduAktif : Meningkatkan cakupan tumbuh kembang balita di Posyandu untuk deteksi dini dalam mencegah balita gizi kurang dan stunting, Gerakan #JamboreKader : Meningkatkan kapabilitas kader dalam memberikan pelayanan dan Gerakan #CegahStuntingituPenting : Mengedukasi masyarakat tentang stunting dan pencegahannya melalui pesan ABCDE
Nah..Apa itu Pesan A.B.C.D.E bebas stunting yaitu :
- (A) Aktif minum Tablet Tambah Darah
Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali.
Konsumsi TTD bagi Ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan)
- (B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali
Periksa kehamilan minimal 6 (enam) kali, 2 (dua) kali oleh dokter menggunakan USG
- (C) Cukupi konsumsi protein hewani
Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan
- (D) Datang ke Posyandu setiap bulan
Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan
- (E) Eksklusif ASI 6 bulan
ASI ekslusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun. (MH - Promkes)