- Admin Dinkes
- Selasa, 18 Februari 2020
- 3054
Dinkes Kepri Peringati Hari Gizi Nasional ke 60
Gambar : Bincang Santuy bersama Narasumber dari Persagi, PKPR, dan Forum Anak
Kegiatan Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) yang ke-60 pada hari kamis tanggal 13 februari 2020 yang dihadiri dan dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kepualaun Riau Dr. H. T.S. Arif Fadillah, S.Sos, M.Si dengan mengusung tema “GIZI Optimal untuk Generasi MILENIAL”. Yang dimana peserta berasal dari beberapa SMP Negeri dan Sekolah Swasta yang ada di tanjungpinang.
Gambar : Sekda Provinsi Kepri H.TS. Arif Fadilah saat membuka acara Hari Gizi Nasional
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, diketahui Indonesia memiliki 45,1 juta jiwa penduduk berusia 10-19 tahun, ini berarti 1 dari 5 penduduk Indonesia adalah remaja. Sejalan dengan salah satu Visi Jokowi untuk Indonesia tahun 2019-2024, yaitu 'Pembangunan Sumber Daya Manusia' yang menjamin kesehatan ibu hamil dan anak usia sekolah, merupakan satu upaya spesifik yang dapat berkontribusi dalam mewujudkan generasi sehat dan bebas stunting.
Indonesia masih memiliki masalah beban gizi ganda pada remaja, dimana 1 dari 4 remaja puteri kita mengalami anemia, sekitar 7.2 juta mengalami kegemukan dan obesitas serta sekitar 3.9 juta remaja kurus. Kondisi tersebut merupakan dampak dari pola konsumsi yang tidak baik. Saat ini remaja lebih menyukai minuman bersoda dan fast food, jarang atau bahkan tidak pernah sarapan dan membawa bekal makan siang ke sekolah, serta tidak suka makan buah dan sayur. Survey terakhir menunjukkan hampir semua remaja kurang mengonsumsi buah dan sayur.
Gambar : Sesi tanya jawab oleh Kabid Kesmas
Pemenuhan gizi optimal pada usia remaja sangat penting. Masalah gizi kurang maupun gizi lebih pada remaja, akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular di usia lanjut antara lain jantung, diabetes melitus ataupun stroke. Bila masalah gizi yang terjadi di masa remaja berlanjut hingga dewasa dan menikah akan berisiko terhadap kesehatan janin yang dikandungnya. Sebagai contoh ibu anemia dan atau kurang energi kronik (KEK) berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR), pendek (stunting), serta berisiko mengalami komplikasi saat melahirkan. Bayi yang lahir dengan masalah gizi apabila tidak mendapat pola asuh yang tepat akan menjadi anak-anak dan remaja yang tidak sehat, serta pertumbuhan dan perkembangannya terhambat.
Lebih jauh lagi, masalah gizi yang terjadi sejak masa remaja akan mempengaruhi perkembangan otak anak, produktivitas, kinerja dan daya saing di tingkat global, yang dapat berdampak terhadap kemampuan untuk mendapatkan penghidupan yang layak di kemudian hari. Indonesia membutuhkan remaja yang produktif, kreatif, dan kritis demi kemajuan bangsa. Hal ini akan tercapai bila remaja sehat dan berstatus gizi baik. Remaja sehat tidak hanya dilihat dari fisik tetapi juga kognitif, psikologis dan sosial.
Fenomena pertumbuhan pada remaja menuntut pemenuhan kebutuhan gizi agar tercapai potensi pertumbuhan maksimal. Pola hidup sehat dengan gizi seimbang menjadi salah satu upaya perbaikan gizi remaja. Dengan mengonsumsi makanan beragam yang diaplikasikan melalui “isi piringku” sebagai panduan sekali makan, berperilaku hidup sehat, rajin berolah raga, dan memantau berat badan secara rutin, diharapkan masalah gizi pada remaja dapat teratasi.
Penulis : SP