- Admin Dinkes
- Minggu, 25 Desember 2022
- 6379
Dinkes Kepri Kolaborasi Bersama Stakeholder Dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting
Gambar : Dinkes Kepri Kolaborasi Bersama Stakeholder Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kab.Lingga
Saat ini Indonesia dihadapkan pada Beban Gizi Ganda atau sering disebut Double Burden, yang artinya pada saat kita masih terus bekerja keras mengatasi masalah Kekurangan Gizi seperti kurus, stunting, dan anemia, namun pada saat yang sama juga harus menghadapi masalah kelebihan gizi atau obesitas. Gizi buruk adalah salah satu hal yang menjadi masalah global, termasuk di Indonesia. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga bayi lahir dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan, baik pada ibu maupun bayinya. Salah satu gangguan kesehatan yang berdampak pada bayi yaitu stunting atau tubuh pendek akibat kurang gizi kronik.
Gambar : Dinkes Kepri Kolaborasi Bersama Stakeholder Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kota Tanjungpinang
Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sebagai periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting. Penyebab gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yang masih sering ditemui diantaranya pengetahuan ibu yang kurang memadai, infeksi berulang kali, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya layanan kesehatan.
Tidak dapat dipungkiri jika stunting pada anak/balita akan memberikan dampak buruk bukan hanya tubuh menjadi pendek, namun juga dampak lainnya seperti menurunnya potensi kecerdasan anak sehingga prestasinya belajarnya tidak maksimal, sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit serta status kesehatan anak pada saat dewasa yang cenderung akan menderita penyakit tidak menular seperti darah tinggi, kencing manis, jantung, dan sebagainya
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, sejak Tahun 2018 sampai dengan 2021, Angka stunting di Indonesia cenderung mengalami penurunan, berawal dari 30,8 % di tahun 2018 lalu turun menjadi 27,7 % di tahun 2019 dan turun lagi ditahun 2021 menjadi 24,4 %.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di Tahun 2021, Provinsi Kepulauan Riau berada di posisi 4 terbaik setelah Bali, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Sementara itu, berdasarkan data e-PPGBM sampai bulan Agustus 2022, jumlah kasus stunting di Provinsi Kepulauan Riau berjumlah 4595 balita dari 109.319 balita dipantau. Untuk gambaran di Kota Tanjungpinang, dari 10.646 balita dipantau, 414 diantaranya menderita stunting. Kondisi ini patut menjadi perhatian kita bersama, mengingat Provinsi Kepulauan Riau ini adalah daerah dengan kekayaan laut yang melimpah dan menjadi sumber protein. Seharusnya di daerah ini angka stunting baru dan gizi buruk rendah bahkan tidak ada.
Mencegah stunting adalah hal yang sangat penting dilakukan untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di tahun-tahun mendatang. Untuk itu, kita perlu melakukan 3 intervensi dan upaya yang akan dimulai sejak wanita sebelum masa kehamilan. Upaya Pertama adalah pemberian TTD bagi para remaja putri dan calon pengantin. Kegiatan ini telah dimulai dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah dengan 3 pesan kunci yakni pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
Upaya kedua adalah dengan pemberian TTD, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Gizi dan zat besi pada ibu hamil harus tercukupi. Saat ini kita kampanyekan melalui Gerakan masyarakat Cegah Stunting ini. Kementerian Kesehatan juga akan memberikan USG ke seluruh puskesmas, dan wajibkan ibu-ibu datang minimal 6 kali selama 9 bulan, untuk melihat perkembangan janinnya. kalau ternyata tidak cukup baik, bisa segera lakukan intervensi,
Upaya ketiga adalah dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Kegiatan ini nantinya akan dilakukan di Posyandu. Protein hewani ini tidak perlu yang mahal. Ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan di sekitar kita seperti telur, ikan, atau apa saja yang tersedia dan terjangkau.
Penanggulangan Stunting menjadi tanggung jawab kita Bersama, tidak hanya Pemerintah, namun semua pihak, termasuk juga setiap keluarga di Provinsi Kepulauan Riau. Dalam jangka panjang, stunting berdampak buruk tidak hanya terhadap tumbuh kembang anak tetapi juga terhadap perkembangan emosi yang berakibat pada kerugian ekonomi; baik skala mikro semata dalam keluarga maupun skala makro, dalam hal ini anggaran belanja kesehatan nasional. Karena itu upaya percepatan perbaikan gizi membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan, akademisi, organisasi profesi, media massa, dunia usaha/mitra pembangunan, dan masyarakat secara keseluruhan. Diharapkan kerjasama ini berhasil mencapai satu tujuan utama yaitu perbaikan generasi masa depan yang sehat dan produktif dan memiliki daya saing. STOP generasi balita pendek di Kepri dengan bergerak bersama. Semakin dini kita mencegahnya, sejak remaja putri, maka akan semakin baik hasilnya. Perlu perubahan perilaku karena “Cegah Stunting Itu Penting”.
Kegiatan ini adalah “Penggerakan Masyarakat Cegah Stunting Itu Penting Tahun 2022”, yang diselenggarakan di 2 (dua) Kabupaten/Kota di Kepulauan Riau, yakni di Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Lingga. Peserta pada kegiatan ini berjumlah 150 orang yang berasal dari Kader Kesehatan, Ibu Hamil, Remaja Putri, Calon Pengantin, tokoh masyarakat serta stake holder dari beberapa OPD terkait stunting. Diharapkan dengan pertemuan Penggerakan Masyarakat Cegah Stunting Itu Penting Tahun 2022 ini, dapat menggerakan peran aktif dan kolaborasi semua pihak dalam percepatan penurunan stunting di Provinsi Kepulauan Riau. (MH)