Konten Berita

...

Cegah Stunting Dengan Pergerakan Posyandu Aktif

WhatsApp Image 2022 12 16 at 06.06.55 3

Gambar : Pergerakan Posyandu Aktif Dalam Cegah Stunting

Dalam rangka membangun manusia yang unggul dan berkarakter untuk mewujudkan kepri yang makmu, berdaya saing dan berbudaya sebagai Visi dan Misi Gubernur Kepulauan Riau Tahun 2021-2006, keberadaan posyandu menjadi sangat amat penting untuk meningkatkan akses berbagai layanan kesehatan dasar kepada masyarakat. posyandu sudah dikenal sejak lama sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar bai ibu, dan balita.  Posyandu (pos pelayanan terpadu) merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan masyarakat Indonesia dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan utama posyandu adalah mencegah peningkatan angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan, persalinan, atau setelahnya melalui pemberdayaan masyarakat.

 

WhatsApp Image 2022 12 16 at 06.06.55 1

Gambar : Pergerakan Posyandu Aktif di Kabupaten Lingga

Melalui posyandu, pemerintah berupaya untuk menyediakan layanan yang dibutuhkan masyarakat, seperti perbaikan gizi dan kesehatan, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, hingga ketahanan pangan dan kesejahteraan sosial. Berbeda dengan puskesmas yang memberikan pelayanan setiap hari, posyandu hanya melayani setidaknya 1 kali dalam sebulan. Lokasi posyandu umumnya mudah dijangkau masyarakat, mulai dari lingkungan desa atau kelurahan hingga RT dan RW. Hingga November 2022 di Provinsi Kepulauan Riau telah berdiri 1475 posyandu. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2021 sebanyak 1453Posyandu dengan 68,4% diantaranya dikategorikan sebagai posyandu Aktif. Peningkatan jumlah ini harus kita barengi dengan peningkatan kualitas posyandu di provinsi Kepri.

Posyandu merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan ditengah masyarakat termasuk dalam pencegahan stunting. Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sebagai periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting. Penyebab gizi buruk pada ibu hamil dan bayi yang masih sering ditemui diantaranya pengetahuan ibu yang kurang memadai, infeksi berulang kali, sanitasi yang buruk, serta terbatasnya layanan kesehatan. Tidak dapat dipungkiri jika stunting pada anak/balita akan memberikan dampak buruk bukan hanya tubuh menjadi pendek, namun juga dampak lainnya seperti menurunnya potensi kecerdasan anak sehingga prestasinya belajarnya tidak maksimal, sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit serta status kesehatan anak pada saat dewasa yang cenderung akan menderita penyakit tidak menular seperti darah tinggi, kencing manis, jantung, dan sebagainya.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, sejak Tahun 2018 sampai dengan 2021, Angka stunting di Indonesia cenderung mengalami penurunan, berawal dari 30,8 % di tahun 2018 lalu turun menjadi 27,7 % di tahun 2019 dan turun lagi ditahun 2021 menjadi 24,4 %. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di Tahun 2021, Provinsi Kepulauan Riau berada di posisi 4 terbaik setelah Bali, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Sementara itu, berdasarkan data e-PPGBM sampai bulan Agustus 2022, jumlah kasus stunting di Provinsi Kepulauan Riau berjumlah 4595 balita dari 109.319 balita dipantau. Kondisi ini patut menjadi perhatian kita bersama, mengingat Provinsi Kepulauan Riau ini adalah daerah dengan kekayaan laut yang melimpah dan menjadi sumber protein. Seharusnya di daerah ini angka stunting baru dan gizi buruk rendah bahkan tidak ada.

Mencegah stunting adalah hal yang sangat penting dilakukan untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di tahun-tahun mendatang. Untuk itu, kita perlu melakukan 3 intervensi dan upaya yang akan dimulai sejak wanita sebelum masa kehamilan. Upaya Pertama adalah pemberian TTD bagi para remaja putri dan calon pengantin. Kegiatan ini telah dimulai dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah dengan 3 pesan kunci yakni pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang. Upaya kedua adalah dengan pemberian TTD, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Gizi dan zat besi pada ibu hamil harus tercukupi. Saat ini kita kampanyekan melalui Gerakan masyarakat Cegah Stunting ini. Kementerian Kesehatan juga akan memberikan USG ke seluruh puskesmas, dan wajibkan ibu-ibu datang minimal 6 kali selama 9 bulan, untuk melihat perkembangan janinnya. kalau ternyata tidak cukup baik, bisa segera lakukan intervensi, Upaya ketiga adalah dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Kegiatan ini nantinya akan dilakukan di Posyandu. Protein hewani ini tidak perlu yang mahal.

 Ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan di sekitar kita seperti telur, ikan, atau apa saja yang tersedia dan terjangkau. Penanggulangan Stunting menjadi tanggung jawab kita Bersama, tidak hanya Pemerintah, namun semua pihak, termasuk juga setiap keluarga di Provinsi Kepulauan Riau. Dalam jangka panjang, stunting berdampak buruk tidak hanya terhadap tumbuh kembang anak tetapi juga terhadap perkembangan emosi yang berakibat pada kerugian ekonomi; baik skala mikro semata dalam keluarga maupun skala makro, dalam hal ini anggaran belanja kesehatan nasional. Karena itu upaya percepatan perbaikan gizi membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan, akademisi, organisasi profesi, media massa, dunia usaha/mitra pembangunan, dan masyarakat secara keseluruhan. Diharapkan kerjasama ini berhasil mencapai satu tujuan utama yaitu perbaikan generasi masa depan yang sehat dan produktif dan memiliki daya saing.

Kegiatan Posyandu Aktif telah terlaksanan di dua Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau yakni di kota Tanjungpinang dan Kabupaten Lingga. Di Kota Tanjungpinang telah terlaksana di Gedung Trans Convertion Center (TCC) dan Di Kabupaten Lingga di Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI). Dengan peserta pada pertemuan ini masing-masing berjumlah 150 orang kader puskesmas dan juga ibu yang mempunyai anak balita. Dalam pertemuan ini juga dihadirkan narasumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga, dari Puskesmas Kab/Kota setempat yang berpengalaman dibagian gizi dan tumbuh kembang anak, serta pelayan posyandu. Materi yang disampaikan mengenai stunting, tumbuh kembang anak, cara mengukur tinggi dan berat anak dengan benar selama posyandu dan cara penyajian makan MPASI serta nilai gizi setiap bahan baku makan yang akan diberikan saat MPASI.

Diharapkan dengan adanya kegiatan Penggerakan Masyarakat posyandu aktif ini semoga dapat meingkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dan ibu serta pengasuh balita terkait pentingnya pemeriksaan tumbuh kembang dan pemberian makanan pendamping ASI yang berkualitas sehingga kedepannya balita stunting di provinsi kepri dapat ditekan sekecil mungkin. (MH)

Kontak Kami