Jenis Varian Baru COVID-19 Telah Ditemukan Di Indonesia

Cetak

3 varian

Ilustrasi mutasi virus corona (Shutterstock)

Varian baru Covid-19 dari Inggris, India dan Afrika Selatan sudah ditemukan di Indonesia dan diperkirakan lebih cepat menular dibanding varian sebelumnya, terlihat dari beberapa negara yang telah mengonfirmasi kenaikan kasus seiring ditemukannya varian baru ini. Tiga varian tersebut adalah varian B.1.1.7, varian B.1.3.5.1 dan varian B.1.6.1.7. Dampak dari varian tersebut sangat berbahaya karena dapat menular lebih cepat daripada varian sebelumnya.

 

Hal ini terlihat dari beberapa negara yang telah mengkonfirmasi kenaikan kasus seiring ditemukannya varian baru ini di negaranya. Belajar dari India dan Eropa, kita tentunya tidak ingin Indonesia mengalami hal yang sama. Untuk itu kita perlu waspada dan mengetahui ketiga jenis varian tersebut. Adapun penjelasan mengenai tiga varian baru virus Covid-19 sebagai berikut:

1. Virus COVID-19 Varian Alpha

Virus ini adalah varian yang awalnya terdeteksi di Inggris. Alpha memiliki nama lain, seperti varian Kent atau virus B117. Disebutkan jika virus ini setidaknya lebih mudah menular daripada jenis yang pertama kali terdeteksi di China. Pada Oktober silam, strain ini hanya terjadi pada 3 persen dari total kasus di Inggris, tetapi mencapai awal Februari, tercatat sebanyak 96 persen dari jumlah seluruhnya sehingga menimbulkan gelombang ketiga.

Selain itu, data juga menunjukkan jika virus COVID-19 ini sekitar 30–70 persen lebih mematikan dibandingkan yang lainnya. Meski begitu, suatu penelitian menunjukkan jika vaksin AstraZeneca memiliki tingkat efektivitas sebesar 70,4 persen melawan gejala COVID-19 dari varian baru ini. Untuk Pfizer, angkanya mencapai 89,5 persen yang terjadi paling tidak 14 hari setelah penerimaan dosis kedua.

2. Virus COVID-19 Varian Beta

Strain beta ini pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada awal Oktober dan telah ditemukan di lebih dari 80 negara. Virus ini membawa mutasi yang disebut dengan E484K, yang dapat membantu penyakit ini menghindari sistem kekebalan. Jenis virus yang disebut juga dengan B1351 ini, disebut-sebut tidak bekerja dengan baik pada seseorang yang mendapatkan vaksin AstraZeneca, karena hanya memberikan perlindungan 10 persen terhadap gejala ringan hingga sedang.

3. Virus COVID-19 Varian Delta

Varian ini ditemukan di India yang pertama kali terdeteksi pada bulan Oktober, sehingga menyebabkan gelombang kedua yang awalnya telah surut. Jenis virus COVID-19 ini lebih menular dan mampu menghindari respons imun tubuh akibat mutasi yang terjadi. Bahkan, varian ini diperkirakan 40 persen lebih menular dibandingkan jenis Alpha serta strain aslinya.

Disebut-sebut juga jika vaksin kurang efektif untuk melawan varian delta ini. Bahkan, penilaian risiko terbaru menyebut jika ada tingkat ketidakpastian yang tinggi tentang efektivitas AstraZeneca terhadap strain ini meski telah mendapatkan dua dosis. Seseorang yang terinfeksi Virus COVID-19 Varian Delta lebih berisiko mendapatkan perawatan di rumah sakit dibandingkan jenis Alpha. Maka dari itu, strain ini disebut-sebut yang paling buruk dari semua jenis yang ada.

Dengan masuknya ketiga jenis varian COVID-19 diatas kiranya masyarakat perlu meningkatkan kembali kewaspadaan terhadap penularannya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan meskipun telah divaksinasi. Bagi masyarakat yang belum divaksinasi, dapat mencari informasi dan mendapatkannya di sentra vaksinasi, puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Masyarakat dihimbau untuk tetap memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 20 detik, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan agar Indonesia lekas pulih dan diri, keluarga, dan orang sekitar aman dari penularan Covid-19. (AD)

Click to listen highlighted text! Powered By GSpeech