Beranda
Pelatihan Penanggulangan TBC Bagi Nakes di FKTP
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau berkesempatan mengadakan Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Pelatihan Penanggulangan TBC bagi Petugas Kesehatan di FKTP Tahun 2024. Dimana peserta yang mengikuti pelatihan yakni tenaga kesehatan yang berasal dari FKTP di 7 kabupaten/kota di Provinsi Kepri. Pelatihan dilakukan dengan metode Blendid (Daring dan Luring) yang berlangsung mulai dari tanggal 31 Juli sd 8 Agustus 2024. Pelaksanaan pelatihan ini diawali dengan metode Daring dari tanggal 31 Juli sd 2 Agustus 2024. Sementara itu untuk pelaksanaan metode Luring berlangsung dari tanggal 5 sd 8 Agustus 2024 bertempat di Bapelkes Batam Kota Batam.
Pada kesempatan kali ini Kepala Bidang SDK mewakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau menutup Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Pelatihan Penanggulangan TBC bagi Petugas Kesehatan di FKTP Tahun 2024 yang berlangsung di Auditorium Bapelkes Batam. Ibu Putri Rahmawati, MKM selaku Kepala Bidang SDK mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelenggaraan pelatihan ini, yaitu Bapelkes Batam yang telah mengampu dan memfasilitasi pelaksanaan pelatihan, para Fasilitator, Penjamin Mutu/Pengendali Pelatihan, Tim IT dan Panitia Penyelenggaraan Pelatihan. Beliau juga mengucapkan selamat kepada seluruh Bapak/Ibu peserta Pelatihan karena berhasil mengikuti Pelatihan TOT Penanggulangan TBC ini dengan baik dari hari pertama hingga akhir. Harapan Ibu Putri Rahmawati, MKM sekembalinya dari pelatihan ini Bapak/Ibu peserta dapat bekerja secara profesional dan berkualitas, sehingga setiap harinya dapat membantu pasien terduga TB dan pasien TB untuk sembuh, mengedukasi pasien dan keluarga pasien untuk mengurangi penularan TB, menjadi pelatih dan tim percepatan penanggulangan TBC. Informasi yang diperoleh selama pelatihan ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan dalam melaksanakan tugas. Informasi - informasi ini juga dapat dibagikan kepada rekan kerja lainnya
Menurut World Health Organization (Global TB Report, 2023), TBC masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini. TBC menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia setelah COVID-19 pada tahun 2022. Lebih dari 10 juta orang terjangkit penyakit TBC setiap tahunnya. Tanpa pengobatan, angka kematian akibat penyakit TBC tinggi (sekitar 50%). Secara global pada tahun 2022, TBC menyebabkan sekitar 1,30 juta kematian. Dengan pengobatan yang direkomendasikan WHO, 85% kasus TBC bisa disembuhkan. Jumlah orang yang baru didiagnosis sakit TBC secara global adalah 7,5 juta pada tahun 2022. Tiga puluh negara dengan beban TBC tinggi menyumbang 87% kasus TBC dunia pada tahun 2022 dan dua pertiga dari total global terjadi di delapan negara: India (27%), Indonesia (10%), Cina (7.1%), Filipina ( 7,0%), Pakistan (5,7%), Nigeria (4,5%), Bangladesh (3,6%) dan Republik Demokratik Kongo (3,0%). Pada tahun 2022, 55% pasien TBC adalah laki-laki, 33% perempuan, dan 12% adalah anak-anak (usia 0–14 tahun).
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular kronis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan Global TB Report Tahun 2023, Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah beban kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh Cina. Dengan jumlah kasus TBC diperkirakan sebanyak 1.060.000 kasus TBC dan 134.000 kematian akibat TBC per tahun di Indonesia (terdapat 17 orang yang meninggal akibat TBC setiap jamnya). Sebagai upaya penanggulangan TBC, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC.
Untuk capaian Program TBC di Provinsi Kepulauan Riau sendiri hingga Juni 2024 masih jauh dari target nasional. Indikator Penemuan dan Pengobatan TBC (Treatment Coverage) yaitu 25,80% dari target 90%. Capaian keberhasilan pengobatan (TBC success rate) yaitu 84,04%. Diperlukan berbagai upaya dalam upaya penanggulangan TBC sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021. Dan tahun 2024 ini Indonesia akan mengadakan berbagai gerakan untuk mencapai Eliminasi TBC di Tahun 2030.
Berbagai upaya percepatan penanganan TBC telah dilakukan melalui berbagai pilar, yakni pencegahan, promosi kesehatan, deteksi, pengobatan, surveilans serta kerja sama lintas sektor. Untuk penanganan TBC, diperlukan peningkatan kapasitas petugas kesehatan yang berada di fasyankes. Langkah yang dilakukan untuk peningkatan kapasitas petugas kesehatan salah satunya melalui pelatihan dalam penanganan TBC. Pelatihan ini perlu dilaksanakan karena sampai saat ini masalah TBC masih perlu penanganan yang intensif. TBC menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah COVID-19, padahal TBC bisa diobati dan dapat disembuhkan walaupun masih banyak tantangan dalam pengobatannya, seperti ketidak patuhan pasien dalam pengobatan, kurangnya pengetahuan pasien, stigma masyarakat, kurangnya dukungan keluarga, akses ke fasyankes dan tantangan lainnya. (MD-SDK)